Sejarah Kebab Turki Di Indonesia – Asal Usul Makanan – Ini adalah salah satu makanan Turki yang paling populer di seluruh dunia. Kebab adalah irisan daging kambing atau sapi yang dipanggang di suatu tiang panggangan yang berputar, lalu digulung di dalam roti pita yang gurih. Selain daging, kebab juga berisi tomat, bawang bombay, selada, jamur, dan saus sambal.
Jika tidak ingin menyantap kebab yang dibungkus dengan roti pita, Anda juga bisa menyantap sate kebab, yakni potongan daging, paprika, dan bawang yang ditusuk dan dipanggang hingga matang. Di Turki, Anda bisa menemukan makanan ini dengan mudah. Banyak pedagang kaki lima yang menjual kebab di hampir seluruh wilayah yang ada di Turki.
Pada abad ke-8, kebab diperkirakan menyebar dari Persia ke seluruh Timur Tengah, baru kemudian pada abad ke-15 kebab sampai di India. Di abad ke-16 tentara Turki mulai mempopulerkannya ke seluruh dunia. Jadi, asal kebab ini bukan dari Turki ya, melainkan Persia, tapi dipopulerkan oleh tentara Turki.
Nama kebab ini pun konon berasal dari dari diksi persia, kabab, yang memiliki arti sebagai makanan yang ditusuk dan dipanggang. Jadi nama kebab ini bagi Indonesia sendiri lebih merujuk kepada masakan bernama sate, yang cara memasak dan penyajiannya sama dengan istilah kebab ini. Istilah doner dalam Bahasa Turki memiliki arti memutar. Selain shis kebab yang artinya lebih kepada cara memasak daging dengan cara ditusuk dengan pedang, doner kebab memiliki cara memasak yang berbeda.
Daging yang telah dimarinasi ditumpuk vertikal layaknya gulungan benang, lalu daging tersebut dipanggang dengan cara memutar. Setelah matang, datang tersebut diiris dan diisi ke dalam roti bersama isian sayur-mayur serta saus.
Asal Usul Kebab Turki
Meski berasal dari Turki, tapi nama kebab berasal dari bahasa Arab ‘kabab’ yang artinya adalah daging goreng. Pada zaman Kesultanan Ustmaniyah, istilah kebab kemudian merujuk pada daging yang dipanggang. Kebab awalnya menggunakan daging domba atau kambing sebelum akhirnya beralih pada daging sapi dan ayam seperti saat ini. Kuliner yang termasuk dalam kuliner cepat saji ini sangat popular di kawasan Timur Tengah dan Afrika.
Pada mulanya kebab tidak berupa daging yang dibungkus dengan roti tortila. Kebab aslinya berupa daging yang ditusuk seperti sate lalu dibakar diatas bara api yang terbuat dari arang kayu hingga matang. Proses memasaknya memang cukup lama karena daging kebab yang dipotong-potong cukup tebal. Setelah matang, kebab disajikan bersama dengan roti pita, yogurt, dan paprika. Lalu sejak kapan bentuk kebab mulai berubah seperti saat ini?
Kebab yang kamu jumpai saat ini adalah kebab yang sudah melalui perubahan. Sekitar abad ke-18, kebab dibawa oleh para pedagang Turki ke benua Eropa, tepatnya ke Berlin, Jerman. Di sinilah kebab mulai mengalami perubahan. Daging yang digunakan untuk kebab dicincang lalu diberi aneka bumbu rempah lalu dipanggang hingga matang dan disajikan bersama dengan roti tortila dan salad serta mayonaise layaknya burger. Kepopuleran kebab sebagai kuliner cepat saji saat itu bahkan bisa menyaingi popularitas burger. Berkat ketenarannya di Jerman, kebab pun bisa merambah dunia internasional hingga ke benua Amerika dan Asia, termasuk Indonesia.
Kebab di bawa masuk ke Indonesia oleh pedagang – pedagang dari Timur Tengah yang kebetulan Singgah di Pelabuhan – pelabuhan di Indonesia. Menurut catatan sejarahnya sendiri, nama Kebab berasal dari bahasa Arab yang artinya daging goreng. Memang pada awalnya kebab memiliki artian daging goreng bukan daging panggang atau bakar. Namun ada juga sumber yang mengatakan bahwa kabab kemungkinan berasal dari bahasa Aram. Sedangkan dalam bahasa Akkadia, kabbaba memiliki artian sebagai daging bakar atau panggang.
Pada abad ke-14 kebab menjadi sinonim kata tabahajah yang berarti hidangan potongan daging goreng dalam bahasa Persia. Dalam buku – buku Turki, istilah kebab mengacu pada bola – bola daging ayam dan domba yang digoreng. Kemudian setelah memasuki masa Kesultanan Utsmaniyah kata kebab telah berubah makna menjadi daging panggang. Walaupun demikian, kata kebab masih sering digunakan untuk kuliner sejenis semur oleh masyarakat Turki. Bahkan di Mesir, semur daging sapi dan bawang bombay disebut dengan kebab halla.
Makanan kebab ini mulai meluas ketika para pedagang Turki mengadakan kontak dengan masyarakat kota Berlin, Jerman sekitar abad 18. Saat itu daging kebab dipanggang, disajikan dengan roti pita, paprika dan saus. Kemudian mengalami perkembangan dan penyesuaian dengan kebiasaan masyarakat Jerman, yang mana kebab disajikan dengan aneka roti dan salad. Cara pemanggangan daging kebab pun mulai berkembang dari cara tradisional ke pola modern menggunakan pemanggangan elektrik atau gas.